Kamis, 17 September 2009

Kanker


Kanker adalah suatu penonjolan atau pertumbuhan tidak wajar yang dapat terjadi pada setiap bagian tubuh. Setiap benjolan yang keras, tidak sakit dan tumbuh perlahan-lahan pada salah satu bagian tubuh, kemungkinan besar merupakan kanker. Penyakit ini berbahaya dan sering kali memerlukan operasi/pembedahan oleh para medis.

Ketika mengetahui salah seorang anggota keluarga menderita kanker, sebaiknya tidak usah terlalu panik karena penyakit ini sama halnya dengan penyakit lain. Ada sekitar 100 tipe kanker, dari stadium rendah yang bisa disembuhkan ataupun stadium lanjut yang membutuhkan perawatan insentif. Nama kanker berdasarkan organ atau sel tipe apa yang terkena kanker.

A. Penyebab Kanker

Penyakit kanker berhubungan erat dengan kondisi sel, unit dasar kehidupan manusia. Untuk mengetahui kanker, harus diketahui terlebih dahulu apa yang terjadi pada sel normal hingga menjadi sel kanker.

Tubuh terdiri dari banyak sel. Masing-masing sel tumbuh dan mati dan dikontrol oleh suatu sistem rumit sehingga setiap harinya bisa berregenerasi. Ini dibutuhkan untuk menjaga stabilitas dan kesehatan tubuh.

Sering kali proses ini akan mengalami kegagalan. Material genetik sel (DNA) bisa saja rusak dan berubah, memproduksi gen mutasi yang berakibat buruk pada pertumbuhan sel. Jika ini terjadi, sel tidak dapat mati saat dibutuhkan dan sel baru tidak terbentuk maka inilah awal muasal terjadinya kanker.

B. Jenis-jenis kanker:


1. Kanker pada kulit


Kanker kulit paling sering terjadi pada orang-orang yang berkulit cerah dan yang sering berjamur di bawah terik matahari. Biasanya kanker ini timbul pada tempat-tempat yang paling terkena sinar matahari, terutama: telinga, tulang pipi, pelipis, hidung, dan bibir.

Penyakit ini terdiri atas berbagai bentuk. Biasanya mulai terjadi sebagai suatu cincin kecil dengan warna seperti mutiara dan disertai sebuah lubang di tengahnya.

Kebanyakan kanker kulit tidak berbahaya jika diobati pada saat yang tepat dan tidak diperlukan operasi bedah untuk menanganinya.

2. Kanker Payudara

Penyakit ini cukup sering ditemukan pada wanita dan selalu merupakan penyakit yang berbahaya.

Tanda-tanda kanker payudara :

  • Penderita menemukan suatu benjolan di sekitar payudara
  • Payudara menunjukkan suatu lekukan atau cekungan yang tidak wajar (abnormal) atau banyak lekukan kecil-kecil seperti kulit jeruk
  • Sering kali terdapat kelenjar getah bening yang membesar tetapi tidak sakit pada ketiak
  • Benjolan tumbuh secara perlahan-lahan
  • Biasanya pada permulaan benjolan tidak sakit atau tidak terasa, baru beberapa waktu kemudian timbul rasa sakit.

3. Kanker rahim atau indung telur

Kanker rahim (uterus), leher rahim (cervix) atau indung telur (ovarium) paling sering dijumpai pada wanita yang berusia lebih dari 40 tahun. Tanda pertama yang mungkin adalah kekurangan darah (anemia) atau perdarahan pada jalan lahir yang tidak dapat dijelaskan. Selanjutnya ditemukan suatu benjolan yang sakit pada perut.

4. Kanker kolon

Jenis kanker yang menyerang usus sehingga merusak metabolisme pada sistem pencernaan.

5. Kanker tulang (Sarcoma)

Kanker ini terjadi pada tulang, jaringan lemak, otot, dan darah.

6. Kanker darah (leukimia)

Berawal dari pertumbuhan darah putih yang tidak normal, leukimia menyerang sistem metabolisme darah sehingga sistem imunitas si penderita menurun drastis.

7. Lymphoma

Kanker ini menyerang sel imunitas tubuh.

8. Kanker ginjal

C. Hal-hal yang harus dilakukan para penderita kanker :

  • Melakukan diet makanan dan gaya hidup sesuai dengan petunjuk petugas kesehatan
  • Berolahraga secara teratur sehingga pikiran yang kalut bisa dihilangkan dengan melakukan aktivitas yang mengeluarkan keringat ini.
  • Rutin memeriksakan diri ke dokter. Jangan segan untuk bertanya tentang bagaimana hidup optimis meskipun menyandang penyakit kanker.
  • Berdoa dan selalu berusaha untuk berpikir positip.

Sumber :
17 September 2009
Sumber Gambar:

Lawan Kanker dengan Berpuasa


Berpuasa ternyata bisa tingkatkan kerja obat saat kemoterapi untuk melenyapkan sel kanker.

Dampak positif berpuasa tidak hanya pada pengendalian emosi, tetapi juga pada sisi kesehatan. Beberapa manfaat puasa dari sisi medis antara lain menjaga kadar gula darah dalam tubuh, mencegah tumor, dan menyehatkan pencernaan. Manfaat positif berpuasa lainnya yaitu, meningkatkan efektivitas kerja obat pada pasien yang di kemoterapi.

Menurut penelitian, berpuasa meningkatkan kerja obat untuk melenyapkan sel kanker dan melindungi sel tubuh yang sehat dari kerusakan. Penelitian tersebut diungkapkan dalam Proceedings of the National Academy of Sciences, seperti vivanews kutip dari webmd.com.

Kesimpulan tersebut didapatkan setelah para peneliti melakukan percobaan pada tikus yang berpuasa selama dua hari setelah di kemoterapi. Hasil percobaan menunjukan, berpuasa melindungi tikus dari racun yang berasal dari obat-obatan dosis tinggi yang diberikan saat kemoterapi. Lalu, meskipun berat badan tikus menurun, tetapi setelah tidak lagi berpuasa, barat badannya kembali normal.

Peneliti mengungkapkan saat proses kemoterapi, yang lenyap bukan hanya sel-sel kanker tetapi juga bisa melenyapkan sel-sel yang masih dalam keadaan sehat. Dengan berpuasa selama beberapa hari, sel yang masih sehat bisa terlindungi dan pengobatan dapat berjalan dengan efektif karena hanya terfokus pada sel-sel kanker yang membahayakan.

Dalam laporan penelitian juga diungkapkan efek dari rasa lapar pada sel kanker dan sel normal. Yaitu rasa lapar berhubungan dengan respon sel, dan membuat sel 1000 kali lebih terlindungi.

"Yang terpenting, percobaan secara konsisten menunjukkan bahwa sel yang masih sehat pada tubuh tikus yang berpuasa terlindungi dari kerusakan," kata salah satu peneliti, Valter Longo, PhD, dari University of Southern California seperti vivanews kutip dari webmd.com.

Respon tubuh terhadap rasa lapar saat berpuasa inilah, membuat sel yang masih sehat terlindungi dari racun yang berasal dari obat dosis tinggi yang diberikan saat kemoterapi. Peneliti juga menambahkan butuh penelitian lebih lanjut untuk melihat respon pada sel tubuh manusia.

Kanker Hati

Kanker hati perlu diwaspadai gejala-gejala yang mendahuluinya. Jika tidak segera ditangani, nyawa si penderitalah taruhannya.

Diperlukan informasi yang memadai bagi masyarakat agar lebih peduli terhadap risiko terjangkit penyakit kanker hati

A. Tipe Kanker

Kanker merupakan salah satu organ vital di dalam tubuh yang berperan besar pada kelangsungan hidup seseorang. Fungsi paling penting dari kanker adalah menyalurkan vitamin dan nutrisi ke seluruh tubuh, memproduksi protein yang akan membersihkan darah, dan mengeluarkan racun dari dalam tubuh.

Ada dua tipe kanker yang berpotensi menyerang hati:


1. Kanker primer

Sel-sel kanker pertama kali terbentuk di dalam hati dan selanjutnya menyebar dan merusak organ lain. Kanker jenis ini yang paling sering diderita masyarakat adalah hepatocellular carcinoma.

2. Kanker Metastasized

Kanker yang menyerang hati ini berasal dari sel-sel kanker yang terbentuk di organ lain. Ia menyerang hati karena prinsip kerja hati yang menyaring darah dari racun dan virus. Organ-organ yang menjadi tempat tumbuh sel kanker diantaranya: colon, pankreas, perut, dan dada.

B. Penderita

Orang yang didiagnosis menderita kanker hati berusia diatas enam puluh tahun. Dari sebuah survei di Kanada,setiap tahun sekitar 1800 orang didiagnosis menderita kanker hati, dan separuh lebih adalah lelaki.

C. Penyebab kanker hati

Penyebab kanker hati sampai sekarang belum diketahui secara pasti. Namun kanker hati dapat dikenali dari faktor-faktor yang bisa diidentifikas, penyakit yang pernah atau sedang diderita. Meliputi:

  1. Hepatitis B kronis
  2. Terinfeksi hepatitis C
  3. Cirrhosis pada liver
  4. Diabetes mellitus
  5. Terinfeksi racun, seperti jamur aflatoxin, vinyl chloride, anabolic steroids, dan arsenik
  6. Akibat merokok

D. Gejala dan komplikasi pada penderita kanker hati

Mengetahui gejala kanker hati sama halnya dengan melakukan trial error. Gejala yang sering ditunjukkan kadang tidak menunjukkan seseorang menderita kanker hati. Beberapa hal yang dirasa cukup menunjukkan seseorang kanker hati adalah sebagai berikut:

  1. Ascites : Kondisi di mana liver mengalami akumulasi cairan sehingga mengganggu keseluruhan kinerja liver dan metabolisme tubuh.
  2. Jaundice : Kulit menjadi berwarna kuning dan keseluruhan mata menjadi putih
  3. Demam
  4. Menggigil
  5. Merasa lelah yang luar biasa
  6. Nausea
  7. Nyeri pada perut
  8. Kehilangan gairah makan
  9. Berat badan yang turun drastis
  10. Nyeri pada punggung dan bahu
  11. Urin yang berwarna gelap
  12. Terjadi pendarahan di bagian dalam tubuh

Untuk memastikan bahwa seseorang menderita kanker hati, diperlukan perawatan oleh dokter. Beberapa tes yang bisa dilakukan adalah:

  1. Tes darah untuk memeriksa kandungan enzim pada liver
  2. Abdominal ultrasound untuk mengetahui ukuran liver dan apakah ada tumor di dalamnya
  3. Magnetic resonance imaging (MRI) pada abdomen
  4. Computed tomography (CT) scan pada abdomen
  5. Laparoscopy
  6. Biopsy
  7. Angiography
  8. Sinar X pada dada untuk mengetahui persebaran sel kanker

E. Katagori kanker hati

1. Localized resectable

Kanker hanya pada satu titik di liver dan tidak berpotensi menyebar. Dapat diangkat.

2. Localized unresctable

Sel kanker masih pada satu bagian liver, tidak bisa diangkat.

3. Advanced

Sel kanker telah menyebar di liver dan kemungkinan besar juga mempengaruhi organ lain di dalam tubuh.

4. Recurrent

Kanker kembali timbul padahal sudah dilakukan perawatan.

Sumber :
17 September 2009

Deteksi Kanker Leher Rahim Sedini Mungkin

Penyakit kanker leher rahim atau yang kerap disebut kanker serviks memang merupakan salah satu momok bagi kaum wanita. Sayangnya masih banyak kaum wanita yang tak sadar penyakit ini bisa hadir karena pola hidup yang salah.

Beberapa penyebab terjadinya penyakit kanker mematikan ini, diantaranya adalah pernikahan di usia muda, kehamilan yang sering, merokok, penggunaan kontrasepsi oral jangka panjang, dan infeksi menular seksual.

Mereka yang mengalami infeksi jarang menunjukan gejala pada stadium awal, dan biasanya berkembang menjadi kanker servik beberapa tahun kemudian. Kanker pada serviks uterus tersebut menyerang organ reproduksi perempuan yang menjadi pintu masuk rahim atau liang senggama (vagina).

Para pakar kesehatan mengatakan setelah infeksi virus human papilloma (HPV) tubuh penderita tidak selalu membentuk kekebalan, maka tidak terlindung dari infeksi berikutnya.

Kanker serviks yang diketahui berstadium lanjut dapat mengakibatkan kerugian bagi organ tubuh disekitarnya dan dapat menyebabkan kematian.

Selain itu penularan non seksual dapat terjadi melalui penggunaan bersama pakaian yang terkontaminasi dalam jangka waktu lama. Kebanyakan infeksi HPV bertahan selama delapan bulan dan kemudian menghilang dengan sendirinya. Namun sesudah dua tahun, ditemukan sekitar 10 persen perempuan masih membawa virus aktif dalam vagina dan serviks mereka.

Dikatakan para pakar kesehatan, kanker serviks biasanya menyerang wanita telah berumur, tetapi bukti statistik bicara lain. Kanker ini lebih banyak menyerang perempuan berumur antara 20 sampai 30 tahun.

Kanker leher rahim terjadi ditandai dengan adanya pertumbuhan sel-sel pada leher rahim yang tidak lazim. Tetapi sebelum sel tersebut menjadi sel kanker, terjadi beberapa perubahan.

Perubahan sel tersebut, biasanya memakan waktu bertahun-tahun sebelum sel-sel tadi berubah menjadi sel-sel kanker. Kanker serviks memiliki gejala yang patut diwaspadai yakni pendarahan melalui vagina, keputihan, nyeri panggul, dan tidak dapat buang air kecil.

Sel abnormal tersebut sebetulnya dapat dideteksi kehadirannya dengan test yang disebut "Pap Smear Test", sehingga sel abnormal tadi terdeteksi sedini mungkin.

- 22 Mei 2009


Sumber :

http://www.astaga.com/content/deteksi-kanker-leher-rahim-sedini-mungkin

17 September 2009

Mengenal Kanker Kolon

Colorectal Cancer atau dikenal sebagai Ca. Colon atau Kanker Usus Besar adalah suatu bentuk keganasan yang terjadi pada kolon, rektum, dan appendix (usus buntu). Di negara maju, kanker ini menduduki peringkat ke tiga yang paling sering terjadi, dan menjadi penyebab kematian yang utama di dunia barat. Untuk menemukannya diperlukan suatu tindakan yang disebut sebagai kolonoskopi, sedangkan untuk terapinya adalah melalui pembedahan diikuti kemoterapi.

Gejala

Mula-mula gejalanya tidak jelas, seperti berat badan menurun (sebagai gejala umum keganasan) dan kelelahan yang tidak jelas sebabnya. Setelah berlangsung beberapa waktu barulah muncul gejala-gejala lain yang berhubungan dengan keberadaan tumor dalam ukuran yang bermakna di usus besar. Makin dekat lokasi tumor dengan anus biasanya gejalanya makin banyak. Bila kita berbicara tentang gejala tumor usus besar, gejala tersebut terbagi tiga, yaitugejala lokal, gejala umum, dan gejala penyebaran (metastasis).

Gejala lokalnya adalah :

  • Perubahan kebiasaan buang air
    • Perubahan frekuensi buang air, berkurang (konstipasi) atau bertambah (diare)
    • Sensasi seperti belum selesai buang air, (masih ingin tapi sudah tidak bisa keluar) dan perubahan diameter serta ukuran kotoran (feses). Keduanya adalah ciri khas dari kanker kolorektal
    • Perubahan wujud fisik kotoran/feses
      • Feses bercampur darah atau keluar darah dari lubang pembuangan saat buang air besar
      • Feses bercampur lendir
      • Feses berwarna kehitaman, biasanya berhubungan dengan terjadinya perdarahan di saluran pencernaan bagian atas
  • Timbul rasa nyeri disertai mual dan muntah saat buang air besar, terjadi akibat sumbatan saluran pembuangan kotoran oleh massa tumor
  • Adanya benjolan pada perut yang mungkin dirasakan oleh penderita
  • Timbul gejala-gejala lainnya di sekitar lokasi tumor, karena kanker dapat tumbuh mengenai organ dan jaringan sekitar tumor tersebut, seperti kandung kemih (timbul darah pada air seni, timbul gelembung udara, dll), vagina (keputihan yang berbau, muncul lendir berlebihan, dll). Gejala-gejala ini terjadi belakangan, menunjukkan semakin besar tumor dan semakin luas penyebarannya.

Gejala umumnya adalah :

  • Berat badan turun tanpa sebab yang jelas (ini adalah gejala yang paling umum di semua jenis keganasan)
  • Hilangnya nafsu makan
  • Anemia, pasien tampak pucat
  • Sering merasa lelah
  • Kadang-kadang mengalami sensasi seperti melayang

Gejala penyebarannya adalah :

  • Penyebaran ke Hati, menimbulkan gejala :
    • Penderita tampak kuning
    • Nyeri pada perut, lebih sering pada bagian kanan atas, di sekitar lokasi hati
    • Pembesaran hati, biasa tampak pada pemeriksaan fisik oleh dokter
  • Timbul suatu gejala lain yang disebut paraneoplastik, berhubungan dengan peningkatan kekentalan darah akibat penyebaran kanker.

Tingkatan / Staging / Stadium Kanker Kolon

Terdapat beberapa macam klasifikasi staging pada kanker kolon, ada klasifikasi TNM, klasifikasi Dukes, namun yang akan saya jabarkan klasifikasinya adalah sebagai berikut (mirip dengan klasifikasi Dukes) :

  • Stadium 1 : Kanker terjadi di dalam dinding kolon
  • Stadium 2 : Kanker telah menyebar hingga ke lapisan otot kolon
  • Stadium 3 : Kanker telah menyebar ke kelenjar-kelenjar limfa
  • Stadium 4 : Kanker telah menyebar ke organ-organ lain

Faktor Resiko

Siapa saja yang bisa terkena kanker kolon ini ? Berikut adalah faktor-faktor yang meningkatkan resiko seseorang terkena kanker kolon :

  1. Usia. Resiko meningkat dengan bertambahnya usia. Kebanyakan kasus terjadi pada usia 60 – 70 an, dan jarang di bawah usia 50 kecuali dalam sejarah keluarga ada yang terkena kanker kolon ini.
  2. Adanya polip pada kolon, khususnya polip jenis adenomatosa. Dengan dihilangkannya polip pada saat ditemukan turut mengurangi resiko terjadinya kanker kolon di kemudian hari.
  3. Riwayat kanker. Seseorang yang pernah terdiagnosis mengidap atau pernah dirawat untuk kanker kolon beresiko untuk mengidap kanker kolon di kemudian hari. Wanita yang pernah mengidap kanker ovarium (indung telur), kanker uterus, dan kanker payudara memiliki resiko yang lebih besar untuk terkena kanker kolorektal.
  4. Faktor keturunan :
    1. Sejarah adanya kanker kolon khususnya pada keluarga dekat.
    2. Penyakit FAP (Familial Adenomatous Polyposis) – Polip adenomatosa familial (terjadi dalam keluarga); memiliki resiko 100% untuk terjadi kanker kolorektal sebelum usia 40 tahun, bila tidak diobati.
    3. Penyakit lain dalam keluarga, seperti HNPCC (Hereditary Non Polyposis Colorectal Cancer) – penyakit kanker kolorektal non polip yang menurun dalam keluarga, atau sindroma Lynch
  5. Penyakit kolitis (radang kolon) ulseratif yang tidak diobati.
  6. Kebiasaan merokok. Perokok memiliki resiko jauh lebih besar untuk terkena kanker kolorektal dibandingkan bukan perokok.
  7. Kebiasaan makan. Pernah di teliti bahwa kebiasaan makan banyak daging dan sedikitbuah, sayuran, serta ikan turut meningkatkan resiko terjadinya kanker kolorektal.
  8. Sedikit beraktivitas. Orang yang beraktivitas fisik lebih banyak memiliki resiko lebih rendah untuk terbentuk kanker kolorektal.
  9. Inveksi Virus. Virus tertentu seperti HPV (Human Papilloma Virus) turut andil dalam terjadinya kanker kolorektal.

Bagaimana Mendeteksinya ?

Kanker kolorektal dapat memakan waktu bertahun-tahun untuk berkembang, sehingga deteksi dini sangat berpengaruh terhadap kemungkinan sembuhnya. Bila Anda termasuk seseorang yang beresiko untuk terkena, ada baiknya Anda melakukan pemeriksaan screening. Pemeriksaan itu adalah :

  • Pemeriksaan rektal dengan jari (Digital Rectal Exam), di mana dokter memeriksa keadaan dinding rektum sejauh mungkin dengan jari; pemeriksaan ini tidak selalu menemukan adanya kelainan, khususnya kanker yang terjadi di kolon saja dan belum menyebar hingga rektum.
  • Pemeriksaan darah dalam tinja.
  • Endoskopi. Pemeriksaan ini sangat bermanfaat karena selain melihat keadaan dalam kolon juga bisa bertindak, misalnya ketika menemukan polip endoskopi ini dapat sekaligus mengambilnya untuk kemudian dilakukan biopsi.
  • Pemeriksaan barium enema dengan double contrast.
  • Virtual Colonoscopy.
  • CAT Scan.
  • Pemeriksaan kadar CEA (Carcino Embryonic Antigent) darah.
  • Whole-body PET Scan Imaging. Sementara ini adalah pemeriksaan diagnostik yang paling akurat untuk mendeteksi kanker kolorektal rekuren (yang timbul kembali).
  • Pemeriksaan DNA Tinja.

Bagaimana Perawatannya ?

Perawatan penderita tergantung pada tingkat staging kanker itu sendiri. Terapi akan jauh lebih mudah bila kanker ditemukan pada stadium dini. Tingkat kesembuhan kanker stadium 1 dan 2 masih sangat baik. Namun bila kanker ditemukan pada stadium yang lanjut, atau ditemukan pada stadium dini dan tidak diobati, maka kemungkinan sembuhnya pun akan jauh lebih sulit.

Di antara pilihan terapi untuk penderitanya, opsi Operasi masih menduduki peringkat pertama, dengan ditunjang oleh kemoterapi dan/atau radioterapi (mungkin diperlukan).

Pembedahan

Tindakan ini dibagi menjadi Curative, Palliative, Bypass, Fecal diversion, dan Open-and-close.Bedah Curative dikerjakan apabila tumor ditemukan pada daerah yang terlokalisir. Intinya adalah membuang bagian yang terkena tumor dan sekelilingnya. Pada keadaan ini mungkin diperlukan suatu tindakan yang disebut TME (Total Mesorectal Excision), yaitu suatu tindakan yang membuang usus dalam jumlah yang signifikan. Akibatnya kedua ujung usus yang tersisa harus dijahit kembali. Biasanya pada keadaan ini diperlukan suatu kantong kolostomi, sehingga kotoran yang melalui usus besar dapat dibuang melalui jalur lain. Pilihan ini bukanlah suatu pilihan yang enak akan tetapi merupakan langkah yang diperlukan untuk tetap hidup, mengingat pasien tidak mungkin tidak makan sehingga usus juga tidak mungkin tidak terisi makanan / kotoran; sementara ada bagian yang sedang memerlukan penyembuhan. Apa dan bagaimana kelanjutan dari kolostomi ini adalah kondisional dan individual, tiap pasien memiliki keadaan yang berbeda-beda sehingga penanganannya tidak sama.

Bedah paliatif dikerjakan pada kasus terjadi penyebaran tumor yang banyak, dengan tujuan membuang tumor primernya untuk menghindari kematian penderita akibat ulah tumor primer tersebut. Terkadang tindakan ini ditunjang kemoterapi dapat menyelamatkan jiwa. Bila penyebaran tumor mengenai organ-organ vital maka pembedahan pun secara teknis menjadi sulit, sehingga dokter mungkin memilih teknik bedah bypass atau fecal diversion (pengalihan tinja) melalui lubang. Pilihan terakhir pada kondisi terburuk adalah open-and-close, di mana dokter membuka daerah operasinya, kemudian secara de facto melihat keadaan sudah sedemikian rupa sehingga tidak mungkin dilakukan apa-apa lagi atau tindakan yang akan dilakukan tidak memberikan manfaat bagi keadaan pasien, kemudian di tutup kembali. Tindakan ini sepertinya sudah tidak pernah dilakukan lagi mengingat sekarang sudah banyak tersedia laparoskopi dan radiografi canggih untuk mendeteksi keberadaan dan kondisi kanker jauh sebelum diperlukan operasi.

Terapi Non Bedah

Kemoterapi dilakukan sebagai suatu tindakan untuk mengurangi terjadinya metastasis (penyebaran), perkembangan sel tumor, mengecilkan ukurannya, atau memperlambat pertumbuhannya. Radioterapi jarang digunakan untuk kanker kolon karena memiliki efek samping dan sulit untuk ditembakkan ke bagian yang spesifik pada kolon. Radioterapi lebih sering pada kanker rektal saja. Imunoterapi sedang dikembangkan sebagai terapi tambahan untuk kanker kolorektal. Terapi lain yang telah diujicoba dan memberikan hasil yang sangat menjanjikan adalah terapi Vaksin. Ditemukan pada November 2006 lalu sebuah vaksin bermerek TroVax yang terbukti secara efektif mengatasi berbagai macam kanker. Vaksin ini bekerja dengan cara meningkatkan sistem imun penderita untuk melawan penyakitnya. Fase ujicobanya saat ini sedang ditujukan bagi kanker ginjal dan direncanakan untuk kanker kolon. Terapi lainnya adalah pengobatan yang ditujukan untuk mengatasi metastasisnya (penyebaran tumornya).

Nah selain dari terapi non bedah di atas, yang juga tak kalah pentingnya adalah Terapi Suportif. Diagnosis kanker sangat sering menimbulkan pengaruh yang sangat besar pada kejiwaan penderitanya. Karenanya dorongan dari rumah sakit, dokter, suami/istri, kerabat, keluarga, social support group sangat penting bagi penderitanya.

Sebuah Nasehat :

Bagian ini adalah dari saya pribadi, bila Anda atau keluarga Anda adalah seorang penderita kanker kolon, saran saya adalah sebagai berikut :

  1. Jangan tunda pengobatan Anda, siapa tahu Anda masih termasuk dalam kategori stadium dini.
  2. Jangan berputus asa, di setiap kesulitan selalu ada jalan keluar.
  3. Jangan berlama-lama mencoba terapi-terapi alternatif dan menggagalkan terapi medis yang sudah teruji.
  4. Saya pribadi mempercayai habbatus sauda (jintan hitam) sebagai terapi tambahan atas terapi apapun, khususnya untuk masalah kanker. Sejak dulu Nabi bersabda “Sesungguhnya habbatus sauda adalah obat bagi segala penyakit, kecuali mati…“, dan saya meyakininya. Baru-baru ini ilmuwan menemukan bahwa habbatus sauda memiliki efek anti kanker yang poten.
- 15 September 2008

Sumber :
dr. Arief
17 September 2009

Saat Kanker Menyerang Leher Rahim

Mendekati usia kepala empat, Retno Mardiana sibuk berkarir sebagai pegawai negeri sipil sebuah departemen pemerintah dan menikmati peran sebagai istri dan ibu dari satu anak. Namun impian untuk hidup bahagia bersama keluarga tercinta hingga lanjut usia langsung sirna ketika ia divonis menderita kanker leher rahim.

Ancaman kematian membayangi hari-harinya. Rasa sesal karena sebelumnya tidak pernah menjalani tes Pap untuk mendeteksi secara dini penyakit itu pun menderanya. Bahkan, saat mengalami perdarahan usai berhubungan intim dengan suaminya maupun ketika terserang keputihan, ia mengabaikan tanda-tanda itu sampai berbulan-bulan lamanya.


"Karena tidak ada keluhan fisik yang berarti, saya merasa dalam kondisi sehat dan tetap bisa beraktivitas seperti biasa," ujar Retno. Apalagi, saat itu perhatiannya tercurah untuk mendampingi anaknya yang tengah sakit dan harus menjalani pengobatan. Namun, lambat-laun keluhan keputihan dan perdarahan yang dialami bertambah parah.


Setelah anaknya sembuh, ia menceritakan masalah kesehatan yang dialaminya kepada pendeta yang selama ini jadi pembimbing rohaninya dan dianjurkan segera memeriksakan diri ke dokter. Setelah menjalani tes Pap, ia dirujuk untuk didiagnosis lebih lanjut ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo.

Usai mengikuti serangkaian pemeriksaan, ia dinyatakan positif menderita kanker leher rahim stadium 1b dan harus segera dioperasi. Begitu pulang saya langsung menang is, serasa dunia runtuh, ini adalah akhir dari segalanya. Ternyata suami sudah menduga kalau saya kena kanker setelah mendapat informasi dari televisi dan membesarkan hati saya , tuturnya.


Atas dukungan keluarga, semangat hidupnya bangkit. Ia lalu memutuskan menjalani operasi untuk mengambil jaringan kanker dalam tubuhnya pada tahun 2002 silam. Rahim dan ovarium kirinya diangkat. Usai dioperasi, ia dirawat selamat satu bulan di rumah sakit. Setelah pulang ke rumah ia demam tinggi dan kesulitan buang air kecil, ternyata ada inkubasi bakteri yang harus diobati.


Hingga kini ia tetap kontrol ke dokter dan tes Pap secara rutin untuk mendeteksi bila ada pertumbuhan sel yang tak normal. Dua tahun silam, ditemukan ada kista sehingga satu ovarium yang tersisa akhirnya diangkat. Meski demikian, Retno tak henti-hentinya mengucap syukur karena bisa bertahan hidup, kembali bekerja, dan membesarkan putrinya yang telah beranjak dewasa.



Berisiko


Kanker leher rahim adalah pertumbuhan sel atau jaringan tak terkendali yang menyebabkan benjolan atau tumor pada leher rahim atau serviks. Pada tahap awal, sel pada leher rahim atau pintu masuk ke dalam kandungan berkembang secara abnormal yang disebut tahap pra-kanker, dan bila tidak diobati akan berubah jadi kanker.


Mayoritas kasus kanker serviks disebabkan infeksi human papillomavirus (HPV). Sebagian infeksi HPV pada perempuan menghilang sendiri meski tanpa pengobatan, namun ada juga infeksi yang menetap bertahun-tahun hingga menyebabkan kanker. Sejauh ini ada lebih dari 100 jenis HPV dan 13 jenis di antaranya mampu meningkatkan risiko kanker leher rahim. Namun 71 persen penyebab utama kanker ini terkait infeksi HPV tipe 16 dan 18.


Infeksi HPV umumnya terjadi setelah wanita berhubungan seksual dan umumnya terjadi pada usia sekitar 25 tahun. Dari infeksi HPV sampai terjadinya kerusakan lapisan lendir jadi pra-kanker hingga menuju keganasan atau kanker butuh waktu hampir 20 tahun. Selama hidupnya, hampir separuh dari wanita dan pria pernah terinfeksi HPV, kata Kepala Pusat Kesehatan Reproduksi Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Siswanto Agus Wilopo.


Semua perempuan yang berhubungan seksual berisiko terkena kanker serviks, karena dengan hubungan intim itu bisa terjadi infeksi H PV. Mereka yang berisiko tinggi terkena kanker serviks adalah, perempuan yang tidak pernah menjalani skrining, mulai berhubungan seksual dan punya anak pada usia muda, memiliki anak lebih dari 5 orang, punya beberapa pasangan atau riwayat ganti-ganti pasa ngan, serta memiliki kebiasaan merokok.


Tidak seperti beberapa virus lain, jika terinfeksi virus HPV, bukan berarti penderita akan memiliki kekebalan terhadap virus itu. "Dia tetap berisiko untuk mendapat infeksi berulang dari tipe HPV sama atau berbeda, dan tetap berisiko terkena kanker serviks," kata konsultan alergi imunologi dari Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia-Rumah Sakit Umum Pusat Cipto Mangunkusumo Prof Samsuridjal Djauzi.


Pada tahun 2008, Badan Kesehatan Dunia memperkirakan 12,4 juta penduduk menderita kanker baru dan 7,6 juta orang meninggal karena penyakit kanker. Secara global, kejadian kanker leher rahim menduduki urutan kedua setelah kanker payudara, yaitu dengan angk a kejadian penyakit baru tiap tahun sekitar 500.000 dan kematian sebanyak 288.000 orang.


Hampir 90 persen kejadian kanker leher rahim terjadi di negara sedang berkembang. Angka kejadian kanker leher rahim tertinggi di Afrika yaitu lebih dari 45 per 100.000 orang per tahun, disusul Asia Tenggara 30-44,9 per 100.000 perempuan tiap tahun. Di Asia Tenggara, kanker leher rahim menempati urutan pertama di antara penderita kanker pada wanita, kata Siswanto.


Di Indonesia, diperkirakan setiap tahun ada 15.000 kasus baru kanker leher rahim terjadi dengan angka kematian 7.500 kasus per tahun. Kanker serviks merupakan kanker yang paling sering terjadi pada perempuan Indonesia. "Tingginya angka kejadian kanker serviks di Indonesia merupakan beban kesehatan, ekonomi dan sosial bagi perempuan di mana pun," kata Ketua Bidang Pelayanan Sosial Yayasan Kanker Indonesia Melissa S Luwia.



Bisa dicegah


Pada tahap awal, kanker leher rahim tidak memperlihatkan gejala klinis yang signifikan. Tanda-tanda terjadinya kanker antara l ain, terjadi bercak-bercak darah atau perdarahan vaginam pasca berhubungan intim, perdarahan di antara dua siklus menstruasi atau perdarahan pasca menopause, bau lendir vagina yang menyengat meski sudah diobati untuk mengatasi infeksi vagina.


Bila ditemukan lebih awal, kanker leher rahim bisa diobati dengan beberapa metode terapi antara lain, operasi untuk mengangkat jaringan kanker yang masih terlokalisir, terapi penyinaran atau radiasi dan kemoterapi. Namun lebih dari 70 persen penderita datang memeriksakan diri dalam stadium lanjut sehingga banyak pasien meninggal karena terlambat ditemukan dan diobati, kata Ketua Himpunan Onkologi Ginekologi Indonesia Prof M Farid Aziz.


Kanker serviks sebenarnya bisa dicegah dengan mengurangi risiko terinfeksi HPV dan menyebarnya pra kanker jadi kanker. Caranya antara lain, tidak berganti-ganti pasangan hubungan seksual, menunda waktu hubungan seksual, tidak punya anak pada usia sangat muda, memakai kondom saat berhubungan seksual dengan pasangan yang berisiko tinggi terinfeksi menular seksual, gizi seimbang, dan tidak merokok.


Selain itu, para perempuan diimbau agar memeriksakan diri sejak dini untuk mengetahui apakah punya leher rahim normal atau tidak sekaligus mendeteksi adanya fase pra kanker. Deteksi dini bisa dilakukan dengan tes Pap, metode dengan usapan lendir leher rah im menurut Papanucolaou. Deteksi dini dengan tes Pap di negara maju memperlihatkan hasil memuaskan dengan menurunkan angka kematian karena kanker serviks lebih dari separuhnya.


Kendala di negara sedang berkembang dengan cara ini adalah, biaya tes relatif mahal, minimnya jumlah tenaga ahli dan kurangnya pengorganisasian secara rapi. Karena itu, metode sederhana yang lebih praktis dan murah yaitu inspeksi visual dengan asam setat (IVA) bisa dipilih untuk digunakan dalam skrining atau penapi san secara nasional di negara-negara sedang berkembang. "Yang lebih praktis lagi adalah dengan vaksinasi, cukup dengan suntikan, tidak perlu perlengkapan rumit dan punya efektivitas tinggi," ujarnya.


Tantangan terberat vaksinasi adalah memperpanjang penga ruh vaksin agar bisa melindungi infeksi dalam jangka cukup lama. Sampai kini baru diketahui perlindungan vaksin rata-rata 6,4 tahun bagi HPV jenis 16 dan 18, kata Siswanto. Mahalnya harga vaksin ikut menghambat perluasan cakupan imunisasi. Harga vaksin akan jadi murah bila digunakan lebih luas oleh pemerintah karena produksi massal menurunkan biaya per orangnya.


Dengan deteksi secara dini disertai vaksinasi, angka kasus kanker serviks di Tanah Air diharapkan bisa menurun drastis. Lebih awal seseorang te rdeteksi, pengobatan akan lebih mudah. Harapan untuk bertahan hidup dengan kualitas baik sebagaimana dialami Retno pun bisa diraih.


Sumber :

Kompas.com, 6 April 2009, dalam :

http://dkknnk.com/www/index.php?option=com_content&task=view&id=37&Itemid=3

17 September 2009

Sengatan Lebah Obat Kanker

Sengatan lebah dikabarkan mampu sel membunuh tumor. Racun ini dibentuk hingga berukuran nano yang disebut nanobee.

Beberapa peneliti dari Universitas Washington, AS, sedang menjajaki untuk mengubah racun lebah menjadi obat yang berguna. Racun lebah ini dikabarkan dapat membunuh sel tumor. Racun ini dibentuk hingga berukuran nano yang disebut nanobee.

Seperti dilansir dari Sciencedaily, nanobeebekerja dengan memberikan racun yang dinamakan melittin. Melittin mampu memerangi tumor namun tetap melindungi lapisan lainya dari kerusakan.

Kemampuan nelittin ini yang diklaim bepotensi untuk menjadi obat tumor yang baik. Penemuan para peneliti dimuat dalam Journal of Clinical Investigation.

Sebelumnya, uji coba ini diterapkan pada tikus. Pengujian pada hewan pengerat ini memberi berita menggembirakan. Peneliti menguji pada dua jenis tikus. Pada tikus pertama ditanam sel kanker payudara, sedangkan tikus lainnya ditanami sel kanker melanoma.

Setelah diberi nanobee yang mengandung melittin, laju pertumbuhan sel kanker payudara menyusut hingga 25%, sedangkan ukuran sel kanker melanoma menyusut hingga 88%.

Satu kehebatan, nanobee tidak merusak sel darah merah dan sel sehat lainnya meski diberi dalam konsentrasi tinggi. Secara umum, hasil penelitian menyimpulkan nanobeetidak hanya mengurangi pertumbuhan tumor namun juga dapat mencegah kanker. [L1]

- 3 September 2009


Sumber :

Liana Garcia

http://www.inilah.com/berita/gaya-hidup/2009/09/03/150559/sengatan-lebah-obat-kanker/

17 September 2009